MANFAAT BIOKIMIA DALAM BIDANG PERTANIAN
TUGAS
TERSTRUKTUR
BIOKIMIA
MANFAAT BIOKIMIA DALAM BIDANG PERTANIAN
Disusun Oleh:
Nama : Ahmad Arif Darmawan
NIM : A1L013064
Dosen : Dr. Ir. Sakhidin, M.P.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Zaman semakin berkembang dengan pesat, teknologi
semakin berkembang begitu juga dengan ilmu pengetahuan. Ilmu biokimia saat ini
sedang mengalami perkembangan khususnya di negara Indonesia. Peranan ilmu
biokimia bagi kehidupan manusia sangat luar biasa bahkan hampir mencangkup
berbagai aspek kehidupan. Contohnya dalam bidang pangan, sekarang sudah banyak
produk pangan yang menggunakan enzim untuk mengkatalis proses pembuatan produk
tersebut. Contoh lain, berkembangnya metode rekayasa genetika dan kultur
jaringan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil pertanian dan perkebunan dan
masih banyak lagi yang lainnya mengenai ilmu biokimia. Pengembangan aplikasi
ilmu biokimia
di Indonesia dapat dipastikan semakin
lama akan menambah kemajuan teknologi di Indonesia dan dapat memanfaatkan
sumber daya alam melalui ilmu biokimia.
B.
Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan agar para
mahasiswa khususnya lebih mampu memahami,
mengembangkan, serta mampu menerapan
ilmu biokimia dalam memecahkan permasalahan di segala bidang utamanya di bidang
pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Biokimia
Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang
reaksi-reaksi kimia atau interaksi molekul dalam sel hidup. Jika dikaitkan
dengan bidang pertanian, khususnya mengenai tanaman, berarti ilmu yang
mempelajari tentang reaksi-reaksi kimia atau interaksi molekul yang terjadi
pada tanaman.
Biokomia adalah ilmu yang berhubungan dengan berbagai molekul di dalam sel atau organisme
hidup sekaligus dengan reaksi kimianya. Biokimiawan mempelajari molekul dan
reaksi kimia terkatalisis oleh enzim yang berlangsung dalam semua organisme.
Lihat artikel biologi molekular untukdiagram dan deskripsi hubungan antara
biokimia, biologi molekular, dan genetika. Biokimia merupakan ilmu yang
mempelajari struktur dan fungsi komponen selular, seperti protein, karbohidrat,
lipid, asam nukleat, dan biomolekul lainnya. Saat ini biokimia lebih terfokus
secara khusus pada kimia reaksi termediasi enzim dan sifat-sifat protein. Saat
ini, biokimia metabolisme sel telah banyak dipelajari. Bidang lain dalam
biokimia di antaranya sandi genetik (DNA, RNA), sintesis protein, angkutan
membran sel, dan transduksi sinyal (Saputri,
2012).
B.
Sejarah Biokimia
Kebangkitan
biokimia diawali dengan penemuan pertama molekul enzim, diastase, pada tahun
1833 oleh Anselme Payen. Kemudian pada pertenghan abad ke 18, Karl Wilhelm
Scheele meneliti susunan kimia serta mengisolasi kebutuhan ester dan kasein
dari bahan alam. Kemudian pada abad ke 19, Frederich Wohler menelti urea,
senyawa dalam urin dapat dibuat dengan memanaskan alkali sianat dengan garam
amonium pada tahun 1828. Pada abad ini pula Edward dan Hans Buchner meneliti
tentang ekstrak dari sel ragi yang telah rusak atau mati, tetap dapat menyebabkan
terjadinya proses peragian, yang merupakan pembuka kemungkinan dilakukannya
analisis reaksi-reaksi biokimia dan proses biokimia. Dilanjutkan pada tahun
1903, Karl Nueberg mengemukakan istilah biokimia. Pada tahun 1926, J. B Summer
membuktikan urease ( enzim dari biji kara pedang dapat dikristalkan seperti
senyawa organik lainnya) bahwa enzim mempunyai struktur kompleks dan dapat
dipelajari (Ahira, 2013).
C.
Perkembangan Biokimia
Pada abad ke-17,
Robert Hook mengobservasi sel menggunakan mikroskop. Hal ini mengingatkan
pemahaman atas struktur yang kompleks. Sejak saat itu, biokimia semakin
berkembang, terutama sejak pertengahan abad ke-20, dengan ditemukannya
teknik-teknik baru seperti kromatografi, difraksi sinar X, elektroforesis, RMI
(nuclear magnetic resonance, NMR), pelabelan radioisotop, mikroskop elektron,
dan simulasi dinamika molekular. Teknik-teknik ini memungkinkan penemuan dan
analisis yang lebih mendalam berbagai molekul dan jalur metabolik sel, seperti
glikolisis dan siklus Krebs. Perkembangan ilmu baru seperti bioinformatika juga
banyak membantu dalam peramalan dan pemodelan struktur molekul raksasa (Ahira,
2013).
Saat ini, penemuan-penemuan biokimia digunakan di berbagai bidang,
mulai dari genetika hingga biologi molekular dan dari pertanian hingga
kedokteran. Penerapan biokimia yang pertama kali barangkali adalah dalam
pembuatan roti menggunakan khamir, sekitar 5000 tahun yang lalu (Ahira, 2013).
D.
Manfaat Biokimia
1.
Peningkatan kualitas
dan kuantitas produk pertanian.
2.
Pengetahuan tentang reaksi-reaksi yang terjadi dalam tanaman.
3.
Mengenal tumbuhan
berdasarkan tipr fotosintesis
4.
Keterkaitan Biokimia
dengan Ilmu Lain
5.
Pengetahuan tentang
mekanisme resistensi organisme pengganggu tanaman.
E.
Peningkatan
kualitas dan kuantitas produk pertanian.
Pada dasarnya
penerapan biokimia banyak terdapat dalam bidang pertanian. Penggunaan pestisida
di bidang pertanian telah kita kenal lama. Pada umumnya pestisida bekerja
dengan jalan menghambat enzim yang bekerja pada hama atau organisme tertentu.
Dalam hal ini biokimia berperan dalam meneliti
mekanisme kerja pestisida tersebut sehingga dapat meningkatkan selektivitasnya
dan dengan demikian dapat dicegah dampak negatif terhadap lingkungan hidup yang
dapat ditimbulkannya. Jadi biokimia juga merupakan komponeri penting dalam
pengetahuan tentang lingkungan hidup.
Peningkatan kualitas produk dalam bidang pertanian
dan peternakan telah dapat diwujudkan dengan menerapkan hasil-hasil penelitian
dalam bidang genetika..
Ilmu biokimia mempunyai posisi yang kuat
dalam bidang pertanian yaitu
1.
Dapat
meningkatkan kualitas tumbuhan
2.
Memahami
dan melakukan penanganan suatu penyakit secara efektif.
(Wati, 2011).
F.
Reaksi-reaksi yang
Terjadi pada Tumbuhan
Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi
di dalam tubuh makhluk hidup/sel. Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis,
karena metabolisme terjadi selalu menggunakan katalisator enzim.
Metabolisme ada 2 macam yaitu anabolisme dan
katabolisme
Anabolisme
Anabolisme adalah proses sintesis molekul kompleks dari senyawa-senyawa
kimia yang sederhana secara bertahap. Proses ini membutuhkan energi dari luar.
Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun
energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk mengikat
senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi,
dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan
dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk.
Contoh reaksi anabolisme yaitu terjadi
pada saat asimilasi
6
CO2 + 6 H2O KLOROFILCAHAYA
MATAHARI C6H12O6 + 6O2
Beberapa faktor yang menentukan kecepatan fotosintesis:
1.
Cahaya
Komponen-komponen cahaya yang mempengaruhi kecepatan laju fotosintesis adalah intensitas, kualitas dan lama penyinaran. Intensitas adalah banyaknya cahaya matahari yang diterima sedangkan kualitas adalah panjang gelombang cahaya yang efektif untuk terjadinya fotosintesis.
Komponen-komponen cahaya yang mempengaruhi kecepatan laju fotosintesis adalah intensitas, kualitas dan lama penyinaran. Intensitas adalah banyaknya cahaya matahari yang diterima sedangkan kualitas adalah panjang gelombang cahaya yang efektif untuk terjadinya fotosintesis.
2.
Konsentrasi
karbondioksida
Semakin banyak karbondioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
Semakin banyak karbondioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3.
Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
4.
Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
5.
Kadar fotosintat (hasil
fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
6.
Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini bisa saja dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini bisa saja dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
Katabolisme
Katabolisme merupakan reaksi pemecahan atau penguraian
senyawa kompleks (organik) menjadi senyawa yang lebih sederhana (anorganik).
Dalam reaksi penguraian tersebut dapat dihasilkan energi yang berasal dari
terlepasnya ikatan-ikatan senyawa kimia yang mengalami penguraian. Tetapi
energi yang dihasilkan itu tidak dapat langsung digunakan oleh sel, melainkan
harus diubah dalam bentuk senyawa Adenosin Trifosfat (ATP) yang
mengandung energi tinggi. Tujuan utama reaksi katabolisme adalah untuk
membebaskan energi yang terkandung di dalam senyawa sumber, yaitu Adenosin
Trifosfat (ATP). Reaksi penguraian energi pada katabolisme, secara umum
dikenal dengan proses respirasi.
Hasil Proses Respirasi
Respirasi merupakan proses pembebasan energi kimia dalam tubuh organisme melalui reaksi oksidasi (penambahan oksigen) pada molekul organik. Dari peristiwa tersebut akan dihasilkan energi dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) dan CO2 serta H2O (sebagai hasil sisa).
Respirasi merupakan proses pembebasan energi kimia dalam tubuh organisme melalui reaksi oksidasi (penambahan oksigen) pada molekul organik. Dari peristiwa tersebut akan dihasilkan energi dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) dan CO2 serta H2O (sebagai hasil sisa).
C6H12O6
+ 6O2 —> 6CO2 + 6H2O + 38 ATP
Jika molekul yang digunakan sebagai substrat untuk dioksidasi adalah
gula yaitu glukosa, maka prosesnya terdiri atas tiga tahap, yaitu glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif (siklus Krebs) dan fosforilasi
oksidatif (transpor elektron).
G.
Mengenal tumbuhan berdasarkan tipr fotosintesis
1. Tumbuhan C3
Tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi kandungan CO2
atmosfer tinggi. Sebagian besar tanaman pertanian, seperti gandum, kentang, kedelai,
kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3.
Pada tanaman C3, enzim yang menyatukan CO2 dengan RuBP (RuBP
merupakan substrat untuk pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis)
dalam proses awal assimilasi, juga dapat mengikat O2 pada saat yang bersamaan
untuk proses fotorespirasi ( fotorespirasi adalah respirasi,proses pembongkaran
karbohidrat untuk menghasilkan energi dan hasil samping, yang terjadi pada
siang hari) . Jika konsentrasi CO2 di atmosfir ditingkatkan, hasil dari
kompetisi antara CO2 dan O2 akan lebih menguntungkan CO2, sehingga
fotorespirasi terhambat dan assimilasi akan bertambah besar.
2. Tumbuhan C4
Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di daerah panas dan
kering. Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzympengikat CO2 pada tanaman
C4) yang tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2
dan O2. Lokasi terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil
(sekelompok sel-sel yang mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-sel
epidermis daun). CO2 yang sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke sel-sel
“bundle sheath” (sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan phloem) dimana
kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi. Karena tingginya konsentasi CO2 pada
sel-sel bundle sheath ini, maka O2 tidak mendapat kesempatan untuk bereaksi
dengan RuBP, sehingga fotorespirasi sangat kecil and G sangat rendah, PEP
mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga reaksi fotosintesis
terhadap CO2 di bawah 100 m mol m-2 s-1 sangat tinggi. , laju assimilasi tanaman
C4 hanya bertambah sedikit dengan meningkatnyaCO2. Sehingga, dengan
meningkatnya CO2 di atmosfir, tanaman C3 akan lebih beruntung dari tanaman C4
dalam hal pemanfaatan CO2 yang berlebihan. Contoh tanaman C4 adalah jagung,
sorgum dan tebu.
3.
Tumbuhan CAM
Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di daerah
panas dan kering. Crassulacean acid metabolism ( CAM), tanaman ini mengambil
CO2 pada malam hari, dan mengunakannya untuk fotosistensis pada siang harinya.
Meski tidak mengularkan oksigen dimalam hari, namun dengan memakan CO2 yang beredar,
tanaman ini sudah membantu kita semua menghirup udara bersih, lebih sehat,
menyejukkan dan menyegarkan bumi, tempat tinggal dan ruangan. Jadi, cocok buat
taruh di ruang tidur misalnya. Sayang, hanya sekitar 5% tanaman jenis ini.
Tumbuhan CAM yang dapat mudah ditemukan adalah nanas, kaktus, dan bunga lili (
Kristanto, 2011).
H. Keterkaitan Biokimia dengan Ilmu Lain
Kimia organik pertama kali dikenal dengan nama kimia
zat alam, dan biokimia satu sama lain saling jalin menjalani tanpa terlihat
adanya garis pembatasan yang tegas. Senyawa yang ternyata merupakan hasil
samping metabolisme, misalnya pencernaan, pada hakekatnya telah lama diketahui
orang dan sebenarnya adalah zat-zat organik. Senyawa organik yang dikenal sebagai
karbohidrat dalam biokimia adalah sumber energi metabolisme, selain itu juga
merupakan hasil dari proses fotosintesis
yang terjadi pada tumbuhan.
Meskipun biokimia yang pada hakekatnya merupakan
spesialisasi dari kimia organik, namun dalam perkembangannya terdapat perbedaan
yang tajam dalam penekanannya yaitu sebagai brikut:
1.
Kimia organik terutama
mempelajari struktur, sifat-sifat, dan fisika secara sintesisnya baik secara
alami atau rekayasa dari zat-zat kimia, bahan alam misalnya cara pembentukan dan
peran biologisnya.
2.
Biokimia terutama
menekankan pada proses metabolisme primer, yang terdiri dari anabolisme (Reaksi
pembentukan) dan katabolisme (Reaksi pemecahan). Metabolisme primer yaitu
keseluruhan proses sintesis dan perombakan zat-zat penyusun utama makhluk hidup
seperti polisakarida, protein, lemak dan asam nukleat, yang dilakukan oleh
organisme untuk kelangsungan hidupnya. Biokimia meliputi sebagian proses-proses
kimia organik, bukan saja pada tumbuhan, melainkan juga pada hewan dan makhluk
hidup lainnya.
3.
Biosintesa terutama
mempelajari pembentukan molekul alam dari molekul lain yang rumit strukturnya
yang merupakan ciri khas pada proses-proses anabolik dalam metabolisme.
I.
Biokimia
Dalam Mekanisme Resistensi OPT
Resistensi merupakan rintangan tunggal paling besar
dalam keberhasilan pengendalian serangga, secara kimia dan bersifat diwariskan
(diturunkan). Seringnya kontak antara serangga dengan insektisida yang
digunakan untuk pengendaliannya dapat mengakibatkan terjadinya resistensi
fisiologis ini. Secara biokimia proses terjadinya resistensi melalui tiga
mekanisme dasar yang berperan antara lain :
1.
Penurunan penetrasi
insektisida pada tempat aktif (saraf dan AChE),
2.
Peningkatan metabolisme
insektisida dengan enzim esterase, mixed function oxidase, hidrolase, dan
glutathione-s-transferase
3.
Perubahan sensitivitas
tempat sasaran dalam tubuh serangga, berupa insensitivitas saraf dan
insensitivitas enzim asetilkholin esterase.
Tinjauan
Biokimia Terhadap Penyebab Bakteri Dapat Resisten
Resistensi adalah suatu sifat tidak terganggunya
kehidupan sel mikroorganisme oleh antibiotika Resistensi atau kepekaan
sebenarnya bukanlah sifat yang mutlak tetapi bisa juga perubahan pada
penggunaan konsentrasi antibiotika. Sifat ini merupakan mekanisme yang alamiah
untuk bertahan hidup. Sifat resistensi bakteri terhadap antibiotika yang
terdapat pada gen maka dikenal dengan resistensi yang disebabkan non-genetik
atau disebabkan genetik. Penyebab resistensi secara umum adalah sebagai berikut
:
a.
Resistensi kromosal
Bakteri
sferoplas yang telah kehilangan dinding selnya maka akan resisten terhadap
antibiotik yang merusak dinding sel seperti penisilin dan sefalosporin. Ini
terjadi karena bakteri telah berubah strukturnya sehingga bakteri sebagai
target antibiotik menjadi tidak cocok.
Contoh
: Bakteri Streptococcus pneumoniae merubah struktur ribosomnya sehingga tidak
dicocok lagi sebagai target antibiotik eritromisin
b.
Resistensi ekstrakromosomal
Resistensi
ekstrakromosomal sering disebut plasmid. Plasmid adalah molekul DNA yang bulat/
sirkuler. Ciri-ciri plasmid :
1.
Kira-kira memepunyai
berat 1-3% dari kromosom bakteri
2.
Berada bebas dalam
sitoplasma bakteri
3.
Adakalanya dapat
bersatu ke dalam kromosom bakteri
4.
Dapat melakukan
replikasi sendiri secara otonom
5.
Dapat pula berpindah
atau dapat dipindahkan dari spesies ke spesies lain
Beberapa
contoh dari plasmid adalah :
A. Faktor
R (Gen Resisten)à
Faktor
R adalah satu golongan plasmid yang membawa gen-gen resisten terhadap satu atau
lebih antibiotik. Gen dalam plasmid yang sering kali menyebabkan resistensi
obat dengan memproduksi enzim-enzim yang dapat merusak daya kerja obat.
Contoh
: Bakteri Staphylococcus aureus pada gennya mengandung faktor R yang terdapat
gen untuk replikasi mengatur sintesis protein yang mengkode enzim enzim
β-laktamase yang dapat merusak struktur β-laktam pada penisilin.
B. Faktor
F (Fili Sex)à
Bakteri
Gram negatif umumunya memiliki fili pada struktur tubuhnya. Fili merupakan
rambut pendek dan keras di sekililing bada sel bakteri Fili terdiri dari
subunit-subunit protein. Terdapat dua jenis fili :
1. Fili
yang memegang peranan dalam adhesi kuman dengan tubuh hospes
2. Fili
seks, yaitu fili yang berfungsi dalam konjugasi 2 sel bakteri.Fili seks inilah
yang berperan dalam konjugasi terhadap bakteri lain dan memberikan gen resisten
pada suatu antibiotik.
Resistensi genetik yaitu suatu keadaan
mikroorganisme yang semula peka terhadap suatu antibiotik pada suatu saat dapat
berubah sifat genetiknya menjadi tidak peka atau memerlukan konsentrasi yang
lebih besar. Perubahan ini karena gen bakteri mendapatkan elemen genetik yang
terbawa sifat resistensi. Yaitu resistensi bakteri yang terjadi karena
perubahan genetik meliputi kromosom maupun ekstra kromosom. Perubahan genetik
dapat ditransfer atau dipindahkan dari satu spesies bakteri ke spesies lainnya
melalui berbagai mekanisme. Resistensi non-genetik adalah suatu keadaan bakteri
pada stadium istirahat, sehingga bakteri tidak peka terhadap antibiotik. Atau
dengan kata lain, antibiotik yang bekerja untuk membunuh bakteri pada saat
aktif pembelahan maka populasi bakteri yang tidak berada pada fase pembelahan
akan relatif resisten terhadap antibiotik tersebut. Resistensi non-genetik
umumnya terjadi karena perubahan pada pertahanan tubuh bakteri itu sendiri atau
perubahan struktur bakteri sehingga tidak sesuai lagi sebagai target antibiotik
(Kurnia, 2012).
BAB III
PENUTUP
Biokimia merupakan
ilmu yang mempelaajari tentang reaksi-reaksi atau interaksi molekul yang
terjadi dalam sel hidup. Sejarah kebangkitan biokimia diawali dengan penemuan
pertama molekul enzim, diastase, pada tahun 1833 oleh Anselme Payen hingga dibuktikannya urease oleh J. B Summer
pada tahun 1926 bahwa enzim mempunyai struktur kompleks dan dapat dipelajari.
Biokimia sangat berperan dalam pelestarian
lingkungan maupun peningkatan hasil pertanian. Dalam hal ini biokimia berperan
dalam meneliti mekanisme kerja pestisida sehingga dapat meningkatkan
selektivitasnya. Dengan demikian, dapat dicegah dampak negatif terhadap
lingkungan hidup yang dapat ditimbulkannya.
Pada tumbuhan terjadi metabolisme yaitu proses
anabolisme dan katabolisme. Anabolisme contohnya fotosintesis, di mana glukosa
terbentuk dari reaksi antara CO2 dan H2O dengan bantuan
klorofil dan cahaya matahari. Sedangkan katabolisme contohnya respirasi, di
mana terjadi proses penguraian glukosa menjadi CO2 dan H2O.
Meskipun biokimia yang pada hakekatnya merupakan
spesialisasi dari kimia organik, namun
dalam perkembangannya terdapat perbedaannya yang tajam dalam penekanannya yaitu
sebagai brikut :
1.
Biokimia organik
2.
Biokimia terutama
menekankan pada proses metabolisme primer
3.
Biosintesa
Resistensi merupakan rintangan tunggal paling besar
dalam keberhasilan pengendalian serangga, secara kimia dan bersifat diwariskan
(diturunkan). Seringnya kontak antara serangga dengan insektisida yang
digunakan untuk pengendaliannya dapat mengakibatkan terjadinya resistensi
fisiologis ini. Secara biokimia proses terjadinya resistensi melalui tiga
mekanisme dasar yang berperan antara lain :
1.
Penurunan penetrasi
insektisida pada tempat aktif (saraf dan AChE),
2.
Peningkatan metabolisme
insektisida dengan enzim esterase, mixed function oxidase, hidrolase, dan
glutathione-s-transferase
3.
Perubahan sensitivitas
tempat sasaran dalam tubuh serangga, berupa insensitivitas saraf dan
insensitivitas enzim asetilkholin esterase.
2 Komentar:
Dapusnya min??
Sitasinya ada kok daftar pustakanya ndak ada
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda