VERTIKULTUR SISTEM TANAM LAHAN SEMPIT PERKOTAAN
Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Disusun
oleh :
Ahmad Arif Darmawan ( A1L013064 )
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah yang berjudul “Vertikultur Sistem Tanam Lahan Sempit
Perkotaan” disusun oleh :
Nama Ketua : Ahmad Arif Darmawan
Jurusan : Agroteknologi
Asal : Universitas
Jenderal Soedirman
No Hp : 089965xxxxx
e-mail : rescuer.ubaloka@gmail.com
telah di setujui dan di sahkan oleh :
Nama : -
NIP : -
Tanggal : -
No Hp : -
Tempat : Fakultas
Pertanian Universitas Jenderal Soedirman
Pembimbing
Teknis,
(..........................)
|
Dosen Pembimbing
(............................)
|
Menyetujui,
|
Pembantu Dekan III
Bidang
Kemahasiswaan
|
(.......................................)
NIP. 19940902 201301 1 001
|
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan kekuatan, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Vetikultur Sistem Tanam Lahan Sempit Perkotaan” adapun
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini di susun untuk memenuhi Tugas Struktur Mata
Kuliah Bahasa Indonesia .Dengan selesainya penulisan Karya Tulis ini, penulis
tak lupa menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi, terutama kepada :
1. (Nama dekan) M.Si Selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Jenderal Seodirman yang telah memberikan dukungan dan
izin terhadap penulisan karya tulis ilmiah ini.
2. (Nama bag. Kemahasiswaan) selaku
Pembantu Dekan III Fakutas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman yang
memberikan saran dan motivasi.
3.
(……………………)selaku pembimbing
dalam pembuatan LKTI ini.
4.
Sahabat saya yang telah memberi
masukan tentang alih fungsi lahan dalam
pembuatan LKTI ini.
5.
Kepada orang tua saya tercintayang telah memberikan motivasi, serta
doa..
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan Saran yang
sifatnya membangun guna penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya semoga apa saja yang
penulis kerjakan mendapat berkah dan ridho dari Allah SWT. Dan kepada semua
pihak yang telah membantu Semoga Allah yang pemurah memberikan imbalan yang
setimpal kepadanya. amin.
Purwokerto,
15 Desember 2013
ttd
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………... i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang...................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................. 2
C.
Pembatasan Masalah............................................................. 2
D.
Tujuan Penulisan................................................................... 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kondisi Pertanian Indonesia................................................. 3
B.
Pertanian Organik.................................................................. 4
C.
Vertikultur............................................................................. 6
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Vertikultur….….................................................. 9
B. Fungsi
dan Manfaat Vertikultur di Daerah Perkotaan……... 10
C.
Keunggulan Vertikultur........................................................ 11
D.
Jenis-jenis Tanaman
yang Dapat Dibudayakan dengan Vertikultur 11
E.
Membuat Media Tanam Vertikultur...................................... 11
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan................................................................................
16
B.
Saran...................................................................................... 16
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN....................................................................................................
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kemajuan teknologi dan industri serta pertambahan
penduduk yang pesat, Iambat laun mengubah fungsi Iahan pertanian menjadi
kompleks perumahan dan industri. Untuk mengatasi
berkurangnya lahan pertanian, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan jalan bercocok tanam secara vertikal atau yang dikenal dengan metode
vertikultur.
Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris,
yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah sistem
budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor
maupun outdoor. Sistem
budidaya pertanian ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah
perkotaan dan lahan terbatas. Dengan
sistem vertikultur pemanfaatan Iahan dapat efisien dan hasil yang diperoleh
optimal.
Pada mulanya bertanam sayur di
pekarangan hanya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga dengan
memanfaatkan halaman rumah yang tersisa, sehingga kegiatan ini banyak dikembangkan
di pedesaan. Namun saat ini budaya bertanam sayuran di pekarangan ternyata
juga disukai kalangan ibu rumah tangga di daerah perkotaan. Kegiatan ini cukup bermanfaat terutama jika
kebutuhan sayuran yang mendesak. Daerah perkotaan ada yang sama sekali tidak memiliki lahan
pekarangan maka bertanam sayuran dapat dilakukan di dalam pot atau dilakukan
secara vertikultur. Dalam
pemanfaatan pekarangan menjadi taman sayura aspek budidaya dari tanaman tetap
harus diperhatiakan.
Dengan demikian tujuan
dari pemanfaatan pekarangan berapa pun luasannya akan memberikan hasil yang optimal. Taman
sayur merupakan contoh taman yang multifungsi. Di satu sisi tampilannya cukup memberikan kesan dan ketika
dipanen dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Bahkan jika jumlahnya cukup banyak bisa dijual yang
akan memberikan keuntungan ekonomis. Dengan
taman sayur di pekarangan kita ikut mendukung gaya hidup hijau yang merupakan
suatu usaha untuk mengatasi laju pemanasan global yang bisa kita mulai dari
rumah kita.
Didaerah
perkotaan saat ini banyak rumah yang tidak memiliki lahan yang luas untuk
bertanam, tetapi masih terdapat lahan kosong yang relatif sempit yang belum
digunakan. Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa
Agroteknologi dapat menerapkan sistem penanaman vertikultur tanaman hias
dilahan kosong yang belum ditanami walaupun lahan tersebut sangat sempit, namun penanaman dengan sistem
penanaman veltikurtur sangat efisien
sehingga dapat tercipta lingkungan asri dan indah. Kita juga dapat membuat berbagai macam model
tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang,
segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan atau
sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas,karena
prinsip vertikultur juga memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan vertikultur ?
2. Apa
fungsi dan manfaat verkikultur di daerah perkotaan ?
3. Apa
keunggulan dari vertikultur?
4. Apa
saja tanaman yang dapat ditanam dengan menggunakan sistem vertikultur?
5.
Bagaimana cara membuat vertikultur ?
C.
Batasan Masalah
Penulis hanya akan membahas tentang Vertikultur
Sistem Tanam Lahan Sempit Perkotaan dan tidak akan membahas yang lain agar
tidak terlalu luas.
D.
Tujuan Penulisan
1. Merupakan tugas terstruktur Mata
Kuliah Bahasa Indonesia.
2. Mengetahui manfaat Vertikultur di
daerah perkotaan.
3. Memberikan informasi kepada pembaca tentang Vertikultur.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Kondisi
Pertanian di Indonesia
Sektor
pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur
pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak
mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa.
Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang
menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak
terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran.
Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan
tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya (Ismpi,2012).
Perjalanan
pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan
hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan
kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia
dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang
mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting,
antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap
pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional,
besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini,
perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di
pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai
saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan
miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja
kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan (Ismpi,2012).
Kondisi
pertanian di Indonesia diperparah dengan degradasi lahan pertanian dan konversi
lahan pertanian secara besar-besaran. Lahan pertanian produktif yang sebagian
besar berada di Pulau Jawa banyak yang diubah menjadi perumahan-perumahan dan
gedung-gedung perkantoran. Meskipun teknologi pertanian di Indonesia semakin
canggih dengan adanya bioteknologi, pertanian Indonesia masih dianggap belum
maju. Salah satunya disebabkan lahan pertanian yang selalu berkurang dari tahun
ke tahun sehingga produksi tanaman pertanian menurun (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah,
2012).
B.
Pertanian
Organik
Pertanian
organik adalah proses budidaya yang tidak menggunakan asupan bahan kimia
sintetik seperti pupuk, pestisida, herbisida dan hormon pertumbuhan. Pertanian
organik juga tidak menggunakan rekayasa genetik (GMO). Dengandemikian,
pertanian organik merupakan pertanian yang memperhatikan kelestarian
lingkungan. Sistem pertanian organik adalah sistem produksi holistik dan
terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan produktifitas agroekosistem secara lamai
serta mampu menghasilakn pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan
berkelanjutan (Direktorat Jenderal holtikultura, 2008).
World
Trade Organization (WTO), membuat beberapa kategori produk pertanian. Pertama
wild product, yakni produk tumbuh-tumbuhan yang langsung diambil dari alam liar
(hutan). Kedua, traditional product, yakni produk tumbuh-tumbuhan yang
dibudidayakan secara tradisional. Misalnya padi ladang. Ketiga, conventional
product, yakni produk pertanian biasa, yang proses budidayanya menggunakan
pupuk dan pestisida kimia. Keempat healthy product, yakni produk pertanian yang
masih menggunakan pupuk dan pestisida kimia, terapi dosisnya sangat dibatasi.
Kelima organic product, yakni hasil pertanian organic (Direktorat Jenderal holtikultura,
2008).
Menurut
Balai Pengkajian Pertanian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan (2012) Prinsip
dasar pertanian organik yang dirumuskan oleh IFOAM, International Federation of
Organic Agriculture Movements (IFOAM, 1992) tentang budidaya tanaman organik
harus memenuhi persyaratan – persyaratan sebagai berikut :
1. Lingkungan
Lokasi
kebun harus bebas dari kontaminasi bahan-bahan sintetik. Karena itu pertanaman
organik tidak boleh berdekatan dengan pertanaman yang memakai pupuk buatan,
pestisida kimia dan lain-lain yang tidak diizinkan. Lahan yang sudah tercemar
(intensifikasi) bisa digunakan namun perlu konversi selama 2 tahun dengan
pengelolaan berdasarkan prinsip pertanian organik.
2. Bahan Tanaman
Varietas
yang ditanam sebaiknya yang telah beradaptasi baik di daerah yang bersangkutan,
dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.
3. Pola Tanam
Pola
tanam hendaknya berpijak pada prinsip-prinsip konservasi tanah dan air,
berwawasan lingkungan menuju pertanian berkelanjutan.
4.
Pemupukan dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) bahan organik sebagai pupuk adalah
sebagai berikut :
-
Berasal dari kebun atau luar kebun yang diusahakan secara organik
- Kotoran ternak, kompos sisa tanaman,
pupuk hijau, jerami, mulsa lain, urin ternak, sampak kota (kompos) dan
lain-lain bahan organik asalkan tidak tercemar bahan kimia sintetik atau
zat-zat beracun.
-
Pupuk buatan (mineral)
-
Urea, ZA, SP36/TSP dan KCl, tidak boleh digunakan
- K2SO4 (Kalium Sulfat) boleh digunakan
maksimal 40 kg/ha; kapur, kieserite, dolomite, fosfat batuan boleh digunakan.
-
Semua zat pengatur tumbuh tidak boleh digunakan
5. Pengelolaan
Organisme Pengganggu
- Semua pestisida buatan (kimia) tidak
boleh digunakan, kecuali yang diizinkan dan terdaftar pada IFOAM.
- Pestisida hayati diperbolehkan.
C. Vertikultur
Vertikultur
adalah istilah Indonesia yang diambil dari istilah verticulture dalam bahasa
inggris. Istilah ini berasal dari dua kata yaitu vertical dan culture. Makna
vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal
atau bertingkat. Sistem ini sangat cocok diterapkan khususnya bagi para petani
atau pengusaha yang memiliki lahan sempit. Vertikultur dapat pula diterapkan
pada bangunan-bangunan bertingkat, perumahan umum, atau bahkan pada pemukiman
di dearah padat yang tidak punya halaman sama sekali. Dengan metoda vertikultur
ini, kita dapat memanfaatkan lahan semaksimal mungkin (Widarto, 1996).
Vertikultur
bukan hanya sekadar kebun vertikal, namun vertikultur ini akan merangsang
seseorang untuk menciptakan suatu biodiversitas di pekarangan yang sempit
sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya.
Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan
suasana alami yang menyenangkan
(Sastro, 2011).
Model,
bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, disesuaikan dengan kondisi dan
keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau
dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak.
Ada pula model gantung, model tempel, model tegak dan model rak (Maya,2012). Bahan
dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung
beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan
benda-benda bekas di sekitar kita.
Persyaratan
vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan.
Tanaman
yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai
ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang
sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam,
pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun dan
tanaman sayuran daun lainnya. Untuk
tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek
ekonomisnya agar biaya produksi tidak melebihi pendapatan dari hasil penjualan
tanaman. Sedangkan untuk hobi, vertikultur dapat dijadikan sebagai media
kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas (Lukman,2012).
Jenis
tanaman yang cocok untuk dibudidayakan secara vertikultur jumlahnya banyak
sekali, mencapai ribuan tanaman. Secara umum tanaman yang cocok untuk
divertikulturkan adalah hampir semua jenis tanaman semusim yang pertumbuhannya
tidak terlalu tinggi, maksimal 1 m. Kebanyakan tanaman semusim merupakan jenis
sayuran dan buah-buahan, dapat juga jenis tanaman hias. Ini termasuk tanaman
merambat yang pertumbuhannya dapat diatur dengan ajir dari tali rafia atau
bambu (Widarto, 1996).
Menurut
Andoko (2004) ada beberapa kelebihan dari teknik budidaya secara vertikultur,
di antaranya sebagai berikut.
a) Populasi tanaman per satuan luas
lebih banyak karena tanaman disusun ke atas dengan tingkat kerapatan yang dapat
diatur sesuai keperluan.
b) Media tanam yang disterilisasi
meminimalkan risiko serangan hama dan penyakit sehingga mengurangi biaya untuk
pengendalian hama dan penyakit.
c) Kehilangan pupuk oleh guyuran air
hujan dapat dikurangi karena jumlah media tanam yang sudah ditentukan hanya
berada di sekitar perakaran tanaman di dalam wadah terbatas.
d) Perlakuan penyiangan gulma sangat
berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali karena sedikit media tanam terbuka
yang memungkinkan media tanam tersebut ditumbuhi gulma.
e) Berbagai bahan di sekitar rumah
seperti karung bekas, batang bambu, pipa peralon, dan bekas gelas air mineral
dapat dimanfaatkan sebagai wadah budi daya vertikultur.
f) Tempat dibangunnya bangunan
vertikultur menampilkan nilai estetika, atau dapat dikatakan sebagai tanaman
hias.
g) Bangunan vertikultur dapat
dipindah-tempatkan ke tempat yang diinginkan, terutama untuk vertikultur dengan
konstruksi yang dapat dipindah-pindahkan.
Di
samping banyaknya nilai kelebihan, teknik budidaya vertikultur ini pun memiliki
beberapa kelemahan, diantaranya sebagai berikut.
a) Investasi atau biaya awal yang
diperlukan cukup tinggi karena harus membuat srtruktur bangunan khusus dan
penyiapan media tanam.
b) Oleh karena jarak tanamnya rapat,
tercipta suatu kondisi kelembapan udara yang tinggi. Hal ini menyebabkan
tanaman rentan terhadap serangan penyakit akibat cendawan (Andoko, 2004).
Teknik
vertikultur bisa dikembangkan dengan menggunakan rak, menyusun batako di pojok
tembok atau lainnya. Sementara, sebagai wadah tanaman, bisa digunakan gelas
plastik dari air kemasan, botol bekas sampai kemasan tetrapak. Dengan teknik
vertikultur, maka setiap rumah tangga bisamemproduksi sayuran organik secara
mandiri. Selain itu, kesehatan juga bisa diupayakan dengan herbal yang
ditumbuhkan sendiri. Rumah juga lebih indah berkat tanaman hias (Kompas, 2011).
Dalam
mengembangkan usahatani kegiatan utama yang dilakukan adalah peningkatan
produksi barang pertanian yang dihasilkan petani, meningkatkan produktivitas
pertanian serta mendorong pengembangan komoditas yang sesuai dengan potensi
wilayah. Peningkatan produksi pertanian apabila ingin meningkatkan pendapatan
petani merupakan keharusan dalam pembangunan pertanian (Hanani, 2003).
III.
PEMBAHASAN
Usaha budidaya
pertanian telah berkembang sejak dilaksanakannya pola pertanian menetap sekitar
10.000 tahun yang lalu, yang dibarengi dengan semakin mantapnya pemukiman
menetap. Pada saat itu, manusia juga
mulai melakukan pengumpulan dan penyimpanan bahan makanan bagi pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Di Indonesia,
perkembangan pertanian telah berlangsung sejak lama, yang terutama didasarkan
pada budidaya padi sawah. Namun , sitem
pertanian yang selama ini dikenal dan dilaksanakan merupakan sistem pertanian
yang dilakukan secara horizontal.
Mengingat salah satu tantangan atau permasalahan pertanian yang saat ini
mulai dirasakan yaitu semakin terbatasnya lahan, maka perlu dikembangkan adanya
alternatif cara bertani yang hemat lahan, dengan teknologi dan metode
sederhana, dan secara ekonomi layak serta dapat diterima oleh masyarakat. Dalam hal ini, perlu dikembangkan pola
bertani secara vertikal atau vertikultur.
A.
Pengertian Vertikultur
Vertikultur, pada dasarnya merupakan cara bertanam, yang dilakukan dengan
menempatkan media tanam dalam wadah-wadah yang disusun secara vertikal. Wadah
media tanam tersebut dapat berupa kaleng bekas maupun benda-benda bekas yang
kemudian di atur sedemikian rupa sehingga pertanaman nantinya dapat tumbuh
secara susun ke atas. Sehingga dengan
demikian vertikultur merupakan upaya pemanfaatan ruang ke arah vertikal
(Nitisapto, 1993). Dari satu titik
dengan luasan tertentu dapat ditanam beberapa tanaman. Dengan demikian, vertikultur dapat diterapka
pada daerah-daerah dengan lahan sempit, khususnya di daerah perkotaan yang kini
rata-rata menjadi pemukiman padat penduduk (Ashari, 1995).
Dalam pola
tanam vertikultur, air hanya dibutuhkan bagi penguapan (transpirasi) tanaman, mengingat
evaporasi hanya terjadi dari dari tanah dalam kolom wadah media tanam. Setiap kali dilakukan penyiraman, beberapa
tanaman dapat memperoleh air dari air atusan (tetesan) tanaman di atasnya. Dengan demikian, dirasakan pola vertikultur
ini dapat lebih menghemat penggunaan air (Sutarminingsih, 2003).
Vertikultur juga
dapat dilakukan pada daerah-daerah dengan kondisi lahan yang kurang subur,
dengan syarat media tanamnya diupayakan dapat mendukung pertumbuhan tanaman,
misalnya dengan mencari media tanah dari lokasi lain, menambahkan pupuk atau
hara, dan lain sebagainya. Pada
prinsipnya, vertikultur dapat dilakukan seperti menanam tanaman dalam pot yang
tidak tergantung pada kondisi lahan setempat dan iklim suatu wilayah (Sutarminingsih, 2003).
B.
Fungsi dan Manfaat Vertikultur di Daerah Perkotaan
Upaya
pengembangan dan pemasyarakatan vertikultur di daerah perkotaan, antara lain
mempunyai fungsi dan manfaat sebagai berikut :
1.
Menciptakan keasrian, keserasian, dan keindahan lingkungan kota yang
dipenuhi dengan berbagai sarana dan prasarana perkotaan dan pemukiman padat
penduduk
2.
Konservasi
sumber daya tanah, yaitu dengan mengelola dan memanfaatkannya secara bijaksana
agar ketersediaanya dapat terus berlanjut.
3. Konservasi sumber daya
air, sebab dengan penghematan penggunaan air berarti ketersediaan air dapat
terjamin pada masa-masa yang akan datang.
4. Mempengaruhi dan
memperbaiki iklim mikro perkotaan, sehingga kondisi perkotaan menjadi lebih
sejuk dan nyaman.
5. Berjalannya proses daur
ulang limbah perkotaan yang dimanfaatkan sebagai kompos atau pupuk kandang.
6. Sebagai upaya pemenuhan bahan pangan
perkotaan dan menjaga keberlanjutannya (Sutarminingsih, 2003).
C. Keunggulan Vertikultur
Penerapan
pola tanam vertikultur, mempunyai beberapa keunggulan, antara lain sebagai
berikut :
1. Menghemat lahan.
2. Menghemat air.
3. Mendukung Pertanian organik, karena
lebih menganjurkan penggunaan pupuk alami dan sedikit mungkin menggunakan
pestisida anorganik.
4. Bahan-bahan yang digunakan sebagai
wadah media tanam, dapat disesuaikan dengan
kondisi setempat atau ketersediaan bahan
yang ada.
5. Umur
tanaman relatif pendek.
6. Pemeliharaan
tanaman relatif sederhana (
Desiliyarni, 2003).
D. Jenis-jenis Tanaman yang Dapat Dibudayakan dengan Vertikultur
Jenis-jenis
tanaman yang dapat dibudidayakan dengan teknik vertikultur pada dasarnya tidak
terbatas. Namun, umumnya jenis sayuran
akan lebih mudah ditangani dan lebih cepat dipanen, Tanaman berbunga yang dapat
ditanam diantaranya begonia, impatiens, petunia, coleus, paku-pakuan, geranium,
lantana, marigold, portulaca, tapak dara, dan zinnia kerdil. Sementara itu, jenis tanaman sayuran dan
buah-buahan yang dapat dipilih antara lain seledri, caisim, pakcoy, tomat,
cabai hias, cabai keriting, kemangi, bayam, kangkung, selada, gingseng,
strawberry (Pracaya, 2003 ).
E. Membuat Media Tanam Vertikultur
Vertikultur
dapat dibuat dengan cara memanfaatkan bahan-bahan yang ada disekitar kita. Disamping itu, mudah dalam penyiapannya
berikut cara membuat media tanam vertikultur.
a. Vertikultur Bambu
• Potonglah bambu dengan diameter yang
cukup besar (disesuaikan dengan kebutuhan anda) sepanjang 1.0 m – 1.5 m. Tidak ada ukuran pasti untuk menentukan
panjang bambu yang akan digunakan, hanya saja sesuaikanlah dengan tinggi badan
anda. Bambu yang terlalu panjang akan
menyulitkan saat perawatan nanti, sementara bambu yang terlalu pendek akan
menghilangkan efisiensi penggunaan lahan.
• Berilah tanda pada bambu ditempat
pembuatan lubang tanam. Besar dan bentuk
lubang tanam juga akan bervariasi, bergantung kepada jenis tanaman yang akan
anda tanam (bentuk segitiga, lingkaran, oval; ukuran besar, sedang, ataupun
kecil). Sebagai panduan, gunakanlah
tanaman siap panen dan perhatikan diameter batang dan ukuran akar untuk menentukan
ukuran lubang tanam. Jarak antar lubang tanam pun bervariasi. Umumnya antara 20-30 cm. Efisiensi penggunaan bambu akan tercapai
apabila lubang tanam dibuat serapat mungkin tetapi tanpa menyebabkan tanaman dewasa
saling tumpang tindih satu sama lain.
Lubangilah bambu secara berselang-seling untuk menghindari penumpukan
atau saling tumpang tindih ini.
• Setelah diberi tanda, lubangilah
bambu untuk membuat lubang tanam. Gunakan tatah/pahat. Apabila peralatan anda
lengkap, anda bisa juga menggunakan bor atau gergaji listrik dalam hal ini.
• Terakhir,
tanamlah bambu di dalam tanah agar tidak mudah rebah. Apabila anda menginginkan
vertikultur anda bisa dipindah-pindah, gunakan dudukan yang kokoh dan cukup
berat (misalnya dengan menggunakan semen).
• Vertikultur
bambu anda siap digunakan. Mulailah masukkan media tanam dari bagian atas
bambu.
( Wiryanta,2008 ).
a. Vertikultur
Pipa
• Pilihlah
pipa paralon (PVC) dengan diameter cukup besar (karena sudah lama membuat, saya
lupa ukuran pipanya). Sama dengan
vertikultur bambu, potonglah pipa dengan panjang berkisar 1.0 – 1.5 m.
• Tandai
pipa dengan spidol untuk menentukan lubang tanam dan jarak tanam yang akan
digunakan. Prinsip ukuran lubang dan jarak tanam sama dengan vertikultur bambu.
• Buatlah
lubang tanam dengan menggunakan gergaji (apabila sulit, saya lebih menganjurkan
anda untuk menggunakan solder, selama pipa yang anda gunakan bukan jenis yang
tebal, atau anda bisa menggunakan gergaji listrik apabila ada). Pisau yang
dipanaskan juga akan cukup membantu apabila anda tidak memiliki peralatan yang
telah disebutkan sebelumnya.
• Ada
teknik lain untuk membuat lubang tanam (apabila anda khawatir media akan lebih
mudah tumpah apabila menggunakan teknik sebelumnya). Caranya adalah dengan
melakukan sayatan pada pipa (arah sayatan tegak lurus arah panjang pipa).
Panjang sayatan adalah garis tengah lubang tanam, maka lakukan dengan
hati-hati. Setelah sayatan dibuat, panasi bagian tersebut dengan mendekatkannya
pada lilin atau lampu spiritus. Setelah panas masukkan kayu pengungkit pada
bagian sayatan dan ungkitlah hingga membentuk lubang tanam. Lubang tanam yang
telah jadi perlu anda tempelan kain basah setelah diungkit, agar pipa tidak
kembali
ke bentuk semula.
• Tanamlah
pipa kedalam tanah atau gunakan dudukan dari semen atau kayu yang cukup kuat
untuk membuat kolom vertikultur berdiri. Karena pipa PVC tidak memiliki sekat
seperti pada bambu, anda bisa menggunakan dope yang ukurannya sesuai dengan
ukuran pipa yang anda gunakan. Tempelkan dope di bagian ujung pipa yang akan
ditanam di tanah/pondasi, dan buatlah lubang rembesan air terlebih dahulu pada
dope dengan menggunakan solder.
Contoh Penggunaan dope pada ujung pipa
|
• Setelah
pipa ditanam, anda bisa segera menggunakannya untuk menanam tanaman.
(Thegreenstall, 2011).
IV.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris,
yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah sistem
budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor
maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau
bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan
dan lahan terbatas. Dengan sistem
vertikultur pemanfaatan Iahan dapat efisien dan hasil yang diperoleh optimal di
daerah perkotaan.dengan berbagai keunggulan. Jenis tanaman yang dapat di tanam
pun beragam kaktus dan lain-lain.
B.
Saran
Kita sebagai mahasiswa
Agroteknologi dapat menerapkan sistem penanaman Vertikultur tanaman hias maupun
tanaman sayur-sayuran dilahan kosong yang belum ditanami walaupun lahan
tersebut sangat sempit,namun penanaman dengan sistem penanaman veltikurtur sangat efisien sehingga dapat
tercipta lingkungan asri dan indah. kita juga dapat mengasah kreativitas dengan
membuat berbagai macam model tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan.
1 Komentar:
izin copy mas buat laporan tugas akhir.
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda