Sabtu, 12 April 2014

VERTIKULTUR SISTEM TANAM LAHAN SEMPIT PERKOTAAN










Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Bahasa Indonesia



Disusun oleh :
Ahmad Arif Darmawan        ( A1L013064 )



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013

PENGESAHAN

          Karya tulis ilmiah yang berjudul “Vertikultur Sistem Tanam Lahan Sempit Perkotaan” disusun oleh :

Nama Ketua    : Ahmad Arif Darmawan
Jurusan            : Agroteknologi
Asal                 : Universitas Jenderal Soedirman
No Hp             : 089965xxxxx
e-mail              : rescuer.ubaloka@gmail.com
telah di setujui dan di sahkan oleh :
Nama               : -
NIP                 : -
Tanggal           : -
No Hp             : -
Tempat            : Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman




Pembimbing Teknis,



(..........................)





    
Dosen Pembimbing


(............................)
Mengetahui,








Menyetujui,
Pembantu Dekan III
Bidang Kemahasiswaan



(.......................................)
NIP. 19940902 201301 1 001

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Vetikultur Sistem Tanam Lahan Sempit Perkotaan” adapun penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini di susun untuk memenuhi Tugas Struktur Mata Kuliah Bahasa Indonesia .Dengan selesainya penulisan Karya Tulis ini, penulis tak lupa menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak yang telah berpartisipasi, terutama kepada :
1.      (Nama dekan) M.Si Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Seodirman yang telah memberikan dukungan dan izin terhadap penulisan karya tulis ilmiah ini.
2.      (Nama bag. Kemahasiswaan) selaku Pembantu Dekan III Fakutas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman yang memberikan saran dan motivasi.
3.      (……………………)selaku pembimbing dalam pembuatan LKTI ini.
4.      Sahabat saya yang telah memberi masukan tentang alih fungsi lahan  dalam pembuatan LKTI ini.
5.      Kepada orang tua saya  tercintayang telah memberikan motivasi, serta doa..
           Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan. Untuk  itu penulis mengharapkan kritik dan Saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya semoga apa saja yang penulis kerjakan mendapat berkah dan ridho dari Allah SWT. Dan kepada semua pihak yang telah membantu Semoga Allah yang pemurah memberikan imbalan yang setimpal kepadanya. amin.

Purwokerto, 15 Desember 2013
                      ttd
       Penulis



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………...         i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….         ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….         iii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang......................................................................          1
B.     Rumusan Masalah.................................................................          2
C.     Pembatasan Masalah.............................................................          2
D.    Tujuan Penulisan...................................................................          2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    Kondisi Pertanian Indonesia.................................................          3
B.     Pertanian Organik..................................................................          4
C.     Vertikultur.............................................................................          6
BAB III PEMBAHASAN
A.    Pengertian Vertikultur….…..................................................         9
B.     Fungsi dan Manfaat Vertikultur di Daerah Perkotaan……...        10
C.     Keunggulan Vertikultur........................................................         11
D.    Jenis-jenis Tanaman yang Dapat Dibudayakan dengan Vertikultur                    11   
E.     Membuat Media Tanam Vertikultur......................................         11
BAB IV PENUTUP
A.    Simpulan................................................................................        16
B.     Saran......................................................................................         16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN....................................................................................................
                    
                    


  
I.      PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Kemajuan teknologi dan industri serta pertambahan penduduk yang pesat, Iambat laun mengubah fungsi Iahan pertanian menjadi kompleks perumahan dan industri.  Untuk mengatasi berkurangnya lahan pertanian, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan jalan bercocok tanam secara vertikal atau yang dikenal dengan metode vertikultur.
Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor.  Sistem budidaya pertanian ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas.  Dengan sistem vertikultur pemanfaatan Iahan dapat efisien dan hasil yang diperoleh optimal.
Pada mulanya bertanam sayur di pekarangan hanya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga dengan memanfaatkan halaman rumah yang tersisa, sehingga kegiatan ini banyak dikembangkan di pedesaan. Namun saat ini budaya bertanam sayuran di pekarangan ternyata juga disukai kalangan ibu rumah tangga di daerah perkotaan.  Kegiatan ini cukup bermanfaat terutama jika kebutuhan sayuran yang mendesak.  Daerah perkotaan ada yang sama sekali tidak memiliki lahan pekarangan maka bertanam sayuran dapat dilakukan di dalam pot atau dilakukan secara vertikultur.  Dalam pemanfaatan pekarangan menjadi taman sayura aspek budidaya dari tanaman tetap harus diperhatiakan.  Dengan demikian tujuan dari pemanfaatan pekarangan berapa pun luasannya akan memberikan hasil yang optimal. Taman sayur merupakan contoh taman yang multifungsi.  Di satu sisi tampilannya cukup memberikan kesan dan ketika dipanen dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan.  Bahkan jika jumlahnya cukup banyak  bisa dijual yang akan memberikan keuntungan ekonomis.  Dengan taman sayur di pekarangan kita ikut mendukung gaya hidup hijau yang merupakan suatu usaha untuk mengatasi laju pemanasan global yang bisa kita mulai dari rumah kita. 
Didaerah perkotaan saat ini banyak rumah yang tidak memiliki lahan yang luas untuk bertanam, tetapi masih terdapat lahan kosong yang relatif sempit yang belum digunakan.  Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa Agroteknologi dapat menerapkan sistem penanaman vertikultur tanaman hias dilahan kosong yang belum ditanami walaupun lahan tersebut sangat sempit, namun penanaman dengan sistem penanaman  veltikurtur sangat efisien sehingga dapat tercipta lingkungan asri dan indah.  Kita juga dapat membuat berbagai macam model tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan.  Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas,karena prinsip vertikultur juga memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.
B.                 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan vertikultur ?
2.    Apa fungsi dan manfaat verkikultur di daerah perkotaan ?
3.    Apa keunggulan dari vertikultur?
4.    Apa saja tanaman yang dapat ditanam dengan menggunakan sistem vertikultur?
5.    Bagaimana cara membuat vertikultur ?
C.                Batasan Masalah
Penulis hanya akan membahas tentang Vertikultur Sistem Tanam Lahan Sempit Perkotaan dan tidak akan membahas yang lain agar tidak terlalu luas.
D.                Tujuan Penulisan
1.      Merupakan tugas terstruktur Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
2.      Mengetahui manfaat Vertikultur di daerah perkotaan.
3.      Memberikan informasi kepada pembaca  tentang Vertikultur.




II.  TINJAUAN PUSTAKA

A.                Kondisi Pertanian di Indonesia
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya (Ismpi,2012).
Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan (Ismpi,2012).
Kondisi pertanian di Indonesia diperparah dengan degradasi lahan pertanian dan konversi lahan pertanian secara besar-besaran. Lahan pertanian produktif yang sebagian besar berada di Pulau Jawa banyak yang diubah menjadi perumahan-perumahan dan gedung-gedung perkantoran. Meskipun teknologi pertanian di Indonesia semakin canggih dengan adanya bioteknologi, pertanian Indonesia masih dianggap belum maju. Salah satunya disebabkan lahan pertanian yang selalu berkurang dari tahun ke tahun sehingga produksi tanaman pertanian menurun (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, 2012).
B.                 Pertanian Organik
Pertanian organik adalah proses budidaya yang tidak menggunakan asupan bahan kimia sintetik seperti pupuk, pestisida, herbisida dan hormon pertumbuhan. Pertanian organik juga tidak menggunakan rekayasa genetik (GMO). Dengandemikian, pertanian organik merupakan pertanian yang memperhatikan kelestarian lingkungan. Sistem pertanian organik adalah sistem produksi holistik dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan produktifitas agroekosistem secara lamai serta mampu menghasilakn pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan (Direktorat Jenderal holtikultura, 2008).
World Trade Organization (WTO), membuat beberapa kategori produk pertanian. Pertama wild product, yakni produk tumbuh-tumbuhan yang langsung diambil dari alam liar (hutan). Kedua, traditional product, yakni produk tumbuh-tumbuhan yang dibudidayakan secara tradisional. Misalnya padi ladang. Ketiga, conventional product, yakni produk pertanian biasa, yang proses budidayanya menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Keempat healthy product, yakni produk pertanian yang masih menggunakan pupuk dan pestisida kimia, terapi dosisnya sangat dibatasi. Kelima organic product, yakni hasil pertanian organic (Direktorat Jenderal holtikultura, 2008).
Menurut Balai Pengkajian Pertanian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan (2012) Prinsip dasar pertanian organik yang dirumuskan oleh IFOAM, International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM, 1992) tentang budidaya tanaman organik harus memenuhi persyaratan – persyaratan sebagai berikut :
1. Lingkungan
Lokasi kebun harus bebas dari kontaminasi bahan-bahan sintetik. Karena itu pertanaman organik tidak boleh berdekatan dengan pertanaman yang memakai pupuk buatan, pestisida kimia dan lain-lain yang tidak diizinkan. Lahan yang sudah tercemar (intensifikasi) bisa digunakan namun perlu konversi selama 2 tahun dengan pengelolaan berdasarkan prinsip pertanian organik.
2. Bahan Tanaman
Varietas yang ditanam sebaiknya yang telah beradaptasi baik di daerah yang bersangkutan, dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.
3. Pola Tanam
Pola tanam hendaknya berpijak pada prinsip-prinsip konservasi tanah dan air, berwawasan lingkungan menuju pertanian berkelanjutan.
4. Pemupukan dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) bahan organik sebagai pupuk adalah sebagai berikut :
- Berasal dari kebun atau luar kebun yang diusahakan secara organik
- Kotoran ternak, kompos sisa tanaman, pupuk hijau, jerami, mulsa lain, urin ternak, sampak kota (kompos) dan lain-lain bahan organik asalkan tidak tercemar bahan kimia sintetik atau zat-zat beracun.
- Pupuk buatan (mineral)
- Urea, ZA, SP36/TSP dan KCl, tidak boleh digunakan
- K2SO4 (Kalium Sulfat) boleh digunakan maksimal 40 kg/ha; kapur, kieserite, dolomite, fosfat batuan boleh digunakan.
- Semua zat pengatur tumbuh tidak boleh digunakan
5. Pengelolaan Organisme Pengganggu
- Semua pestisida buatan (kimia) tidak boleh digunakan, kecuali yang diizinkan dan terdaftar pada IFOAM.
- Pestisida hayati diperbolehkan.


C.        Vertikultur
Vertikultur adalah istilah Indonesia yang diambil dari istilah verticulture dalam bahasa inggris. Istilah ini berasal dari dua kata yaitu vertical dan culture. Makna vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sistem ini sangat cocok diterapkan khususnya bagi para petani atau pengusaha yang memiliki lahan sempit. Vertikultur dapat pula diterapkan pada bangunan-bangunan bertingkat, perumahan umum, atau bahkan pada pemukiman di dearah padat yang tidak punya halaman sama sekali. Dengan metoda vertikultur ini, kita dapat memanfaatkan lahan semaksimal mungkin (Widarto, 1996).
Vertikultur bukan hanya sekadar kebun vertikal, namun vertikultur ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan suatu biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenangkan (Sastro, 2011).
Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Ada pula model gantung, model tempel, model tegak dan model rak (Maya,2012). Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.
Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan.
Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya. Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya produksi tidak melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobi, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas (Lukman,2012).
Jenis tanaman yang cocok untuk dibudidayakan secara vertikultur jumlahnya banyak sekali, mencapai ribuan tanaman. Secara umum tanaman yang cocok untuk divertikulturkan adalah hampir semua jenis tanaman semusim yang pertumbuhannya tidak terlalu tinggi, maksimal 1 m. Kebanyakan tanaman semusim merupakan jenis sayuran dan buah-buahan, dapat juga jenis tanaman hias. Ini termasuk tanaman merambat yang pertumbuhannya dapat diatur dengan ajir dari tali rafia atau bambu (Widarto, 1996).
Menurut Andoko (2004) ada beberapa kelebihan dari teknik budidaya secara vertikultur, di antaranya sebagai berikut.
a) Populasi tanaman per satuan luas lebih banyak karena tanaman disusun ke atas dengan tingkat kerapatan yang dapat diatur sesuai keperluan.
b) Media tanam yang disterilisasi meminimalkan risiko serangan hama dan penyakit sehingga mengurangi biaya untuk pengendalian hama dan penyakit.
c) Kehilangan pupuk oleh guyuran air hujan dapat dikurangi karena jumlah media tanam yang sudah ditentukan hanya berada di sekitar perakaran tanaman di dalam wadah terbatas.
d) Perlakuan penyiangan gulma sangat berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali karena sedikit media tanam terbuka yang memungkinkan media tanam tersebut ditumbuhi gulma.
e) Berbagai bahan di sekitar rumah seperti karung bekas, batang bambu, pipa peralon, dan bekas gelas air mineral dapat dimanfaatkan sebagai wadah budi daya vertikultur.
f) Tempat dibangunnya bangunan vertikultur menampilkan nilai estetika, atau dapat dikatakan sebagai tanaman hias.
g) Bangunan vertikultur dapat dipindah-tempatkan ke tempat yang diinginkan, terutama untuk vertikultur dengan konstruksi yang dapat dipindah-pindahkan.
Di samping banyaknya nilai kelebihan, teknik budidaya vertikultur ini pun memiliki beberapa kelemahan, diantaranya sebagai berikut.
a) Investasi atau biaya awal yang diperlukan cukup tinggi karena harus membuat srtruktur bangunan khusus dan penyiapan media tanam.
b) Oleh karena jarak tanamnya rapat, tercipta suatu kondisi kelembapan udara yang tinggi. Hal ini menyebabkan tanaman rentan terhadap serangan penyakit akibat cendawan (Andoko, 2004).
Teknik vertikultur bisa dikembangkan dengan menggunakan rak, menyusun batako di pojok tembok atau lainnya. Sementara, sebagai wadah tanaman, bisa digunakan gelas plastik dari air kemasan, botol bekas sampai kemasan tetrapak. Dengan teknik vertikultur, maka setiap rumah tangga bisamemproduksi sayuran organik secara mandiri. Selain itu, kesehatan juga bisa diupayakan dengan herbal yang ditumbuhkan sendiri. Rumah juga lebih indah berkat tanaman hias (Kompas, 2011).
Dalam mengembangkan usahatani kegiatan utama yang dilakukan adalah peningkatan produksi barang pertanian yang dihasilkan petani, meningkatkan produktivitas pertanian serta mendorong pengembangan komoditas yang sesuai dengan potensi wilayah. Peningkatan produksi pertanian apabila ingin meningkatkan pendapatan petani merupakan keharusan dalam pembangunan pertanian (Hanani, 2003).











III.           PEMBAHASAN

Usaha budidaya pertanian telah berkembang sejak dilaksanakannya pola pertanian menetap sekitar 10.000 tahun yang lalu, yang dibarengi dengan semakin mantapnya pemukiman menetap.  Pada saat itu, manusia juga mulai melakukan pengumpulan dan penyimpanan bahan makanan bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya.  Di Indonesia, perkembangan pertanian telah berlangsung sejak lama, yang terutama didasarkan pada budidaya padi sawah.  Namun , sitem pertanian yang selama ini dikenal dan dilaksanakan merupakan sistem pertanian yang dilakukan secara horizontal.  Mengingat salah satu tantangan atau permasalahan pertanian yang saat ini mulai dirasakan yaitu semakin terbatasnya lahan, maka perlu dikembangkan adanya alternatif cara bertani yang hemat lahan, dengan teknologi dan metode sederhana, dan secara ekonomi layak serta dapat diterima oleh masyarakat.  Dalam hal ini, perlu dikembangkan pola bertani secara vertikal atau vertikultur.
A.                Pengertian Vertikultur
Vertikultur, pada dasarnya merupakan cara bertanam, yang dilakukan dengan menempatkan media tanam dalam wadah-wadah yang disusun secara vertikal. Wadah media tanam tersebut dapat berupa kaleng bekas maupun benda-benda bekas yang kemudian di atur sedemikian rupa sehingga pertanaman nantinya dapat tumbuh secara susun ke atas.  Sehingga dengan demikian vertikultur merupakan upaya pemanfaatan ruang ke arah vertikal (Nitisapto, 1993).  Dari satu titik dengan luasan tertentu dapat ditanam beberapa tanaman.  Dengan demikian, vertikultur dapat diterapka pada daerah-daerah dengan lahan sempit, khususnya di daerah perkotaan yang kini rata-rata menjadi pemukiman padat penduduk (Ashari, 1995).
Dalam pola tanam vertikultur, air hanya dibutuhkan bagi penguapan (transpirasi) tanaman, mengingat evaporasi hanya terjadi dari dari tanah dalam kolom wadah media tanam.  Setiap kali dilakukan penyiraman, beberapa tanaman dapat memperoleh air dari air atusan (tetesan) tanaman di atasnya.  Dengan demikian, dirasakan pola vertikultur ini dapat lebih menghemat penggunaan air (Sutarminingsih, 2003).
Vertikultur juga dapat dilakukan pada daerah-daerah dengan kondisi lahan yang kurang subur, dengan syarat media tanamnya diupayakan dapat mendukung pertumbuhan tanaman, misalnya dengan mencari media tanah dari lokasi lain, menambahkan pupuk atau hara, dan lain sebagainya.  Pada prinsipnya, vertikultur dapat dilakukan seperti menanam tanaman dalam pot yang tidak tergantung pada kondisi lahan setempat dan iklim suatu wilayah (Sutarminingsih, 2003).
B.                 Fungsi dan Manfaat Vertikultur di Daerah Perkotaan
Upaya pengembangan dan pemasyarakatan vertikultur di daerah perkotaan, antara lain mempunyai fungsi dan manfaat sebagai berikut    :
1.  Menciptakan keasrian, keserasian, dan keindahan lingkungan kota yang dipenuhi dengan berbagai sarana dan prasarana perkotaan dan pemukiman padat penduduk
2. Konservasi sumber daya tanah, yaitu dengan mengelola dan memanfaatkannya secara bijaksana agar ketersediaanya dapat terus berlanjut.
3.   Konservasi sumber daya air, sebab dengan penghematan penggunaan air berarti ketersediaan air dapat terjamin pada masa-masa yang akan datang.
4.    Mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro perkotaan, sehingga kondisi perkotaan menjadi lebih sejuk dan nyaman.
5.     Berjalannya proses daur ulang limbah perkotaan yang dimanfaatkan sebagai kompos atau pupuk kandang.
6. Sebagai upaya pemenuhan bahan pangan perkotaan dan menjaga keberlanjutannya (Sutarminingsih, 2003).


C.        Keunggulan Vertikultur
Penerapan pola tanam vertikultur, mempunyai beberapa keunggulan, antara lain sebagai berikut     :
1.  Menghemat lahan.
2.  Menghemat air.
3. Mendukung Pertanian organik, karena lebih menganjurkan penggunaan pupuk alami dan sedikit mungkin menggunakan pestisida anorganik.
4. Bahan-bahan yang digunakan sebagai wadah media tanam, dapat  disesuaikan dengan kondisi setempat atau ketersediaan  bahan yang ada.
5.   Umur tanaman relatif pendek.
6.   Pemeliharaan tanaman relatif sederhana ( Desiliyarni, 2003).
D.        Jenis-jenis Tanaman yang Dapat Dibudayakan dengan Vertikultur
            Jenis-jenis tanaman yang dapat dibudidayakan dengan teknik vertikultur pada dasarnya tidak terbatas.  Namun, umumnya jenis sayuran akan lebih mudah ditangani dan lebih cepat dipanen, Tanaman berbunga yang dapat ditanam diantaranya begonia, impatiens, petunia, coleus, paku-pakuan, geranium, lantana, marigold, portulaca, tapak dara, dan zinnia kerdil.  Sementara itu, jenis tanaman sayuran dan buah-buahan yang dapat dipilih antara lain seledri, caisim, pakcoy, tomat, cabai hias, cabai keriting, kemangi, bayam, kangkung, selada, gingseng, strawberry (Pracaya, 2003 ).
E.        Membuat Media Tanam Vertikultur
Vertikultur dapat dibuat dengan cara memanfaatkan bahan-bahan yang ada disekitar kita.  Disamping itu, mudah dalam penyiapannya berikut cara membuat media tanam vertikultur.
a.         Vertikultur Bambu
•           Potonglah bambu dengan diameter yang cukup besar (disesuaikan dengan kebutuhan anda) sepanjang 1.0 m – 1.5 m.  Tidak ada ukuran pasti untuk menentukan panjang bambu yang akan digunakan, hanya saja sesuaikanlah dengan tinggi badan anda.  Bambu yang terlalu panjang akan menyulitkan saat perawatan nanti, sementara bambu yang terlalu pendek akan menghilangkan efisiensi penggunaan lahan.
•           Berilah tanda pada bambu ditempat pembuatan lubang tanam.  Besar dan bentuk lubang tanam juga akan bervariasi, bergantung kepada jenis tanaman yang akan anda tanam (bentuk segitiga, lingkaran, oval; ukuran besar, sedang, ataupun kecil).  Sebagai panduan, gunakanlah tanaman siap panen dan perhatikan diameter batang dan ukuran akar untuk menentukan ukuran lubang tanam. Jarak antar lubang tanam pun bervariasi.  Umumnya antara 20-30 cm.  Efisiensi penggunaan bambu akan tercapai apabila lubang tanam dibuat serapat mungkin tetapi tanpa menyebabkan tanaman dewasa saling tumpang tindih satu sama lain.  Lubangilah bambu secara berselang-seling untuk menghindari penumpukan atau saling tumpang tindih ini.
•           Setelah diberi tanda, lubangilah bambu untuk membuat lubang tanam. Gunakan tatah/pahat. Apabila peralatan anda lengkap, anda bisa juga menggunakan bor atau gergaji listrik dalam hal ini.
•           Pada setiap buku bambu terdapat sekat yang membatasi antar ruas. Buanglah bagian sekat ini dengan menggunakan besi batangan atau pipa besi yang berujung runcing. Perlu diingat bahwa tidak semua sekat dibuang. jangan membuang sekat pada bagian paling bawah bambu. Sekat ini nantinya akan digunakan untuk menahan media dan kemudian dilubangi agar air bisa merembes keluar.










•           Terakhir, tanamlah bambu di dalam tanah agar tidak mudah rebah. Apabila anda menginginkan vertikultur anda bisa dipindah-pindah, gunakan dudukan yang kokoh dan cukup berat (misalnya dengan menggunakan semen).
•           Vertikultur bambu anda siap digunakan. Mulailah masukkan media tanam dari bagian atas bambu.
( Wiryanta,2008 ).

a.         Vertikultur Pipa
•           Pilihlah pipa paralon (PVC) dengan diameter cukup besar (karena sudah lama membuat, saya lupa ukuran pipanya).  Sama dengan vertikultur bambu, potonglah pipa dengan panjang berkisar 1.0 – 1.5 m.
•           Tandai pipa dengan spidol untuk menentukan lubang tanam dan jarak tanam yang akan digunakan. Prinsip ukuran lubang dan jarak tanam sama dengan vertikultur bambu.
•           Buatlah lubang tanam dengan menggunakan gergaji (apabila sulit, saya lebih menganjurkan anda untuk menggunakan solder, selama pipa yang anda gunakan bukan jenis yang tebal, atau anda bisa menggunakan gergaji listrik apabila ada). Pisau yang dipanaskan juga akan cukup membantu apabila anda tidak memiliki peralatan yang telah disebutkan sebelumnya.
•           Ada teknik lain untuk membuat lubang tanam (apabila anda khawatir media akan lebih mudah tumpah apabila menggunakan teknik sebelumnya). Caranya adalah dengan melakukan sayatan pada pipa (arah sayatan tegak lurus arah panjang pipa). Panjang sayatan adalah garis tengah lubang tanam, maka lakukan dengan hati-hati. Setelah sayatan dibuat, panasi bagian tersebut dengan mendekatkannya pada lilin atau lampu spiritus. Setelah panas masukkan kayu pengungkit pada bagian sayatan dan ungkitlah hingga membentuk lubang tanam. Lubang tanam yang telah jadi perlu anda tempelan kain basah setelah diungkit, agar pipa tidak kembali
ke bentuk semula.




 







•           Tanamlah pipa kedalam tanah atau gunakan dudukan dari semen atau kayu yang cukup kuat untuk membuat kolom vertikultur berdiri. Karena pipa PVC tidak memiliki sekat seperti pada bambu, anda bisa menggunakan dope yang ukurannya sesuai dengan ukuran pipa yang anda gunakan. Tempelkan dope di bagian ujung pipa yang akan ditanam di tanah/pondasi, dan buatlah lubang rembesan air terlebih dahulu pada dope dengan menggunakan solder.
Contoh Penggunaan dope pada ujung pipa









•           Setelah pipa ditanam, anda bisa segera menggunakannya untuk menanam tanaman.
(Thegreenstall, 2011).

IV. PENUTUP

A.                Kesimpulan

Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas.  Dengan sistem vertikultur pemanfaatan Iahan dapat efisien dan hasil yang diperoleh optimal di daerah perkotaan.dengan berbagai keunggulan. Jenis tanaman yang dapat di tanam pun beragam kaktus dan lain-lain.

B.                 Saran
Kita sebagai mahasiswa Agroteknologi dapat menerapkan sistem penanaman Vertikultur tanaman hias maupun tanaman sayur-sayuran dilahan kosong yang belum ditanami walaupun lahan tersebut sangat sempit,namun penanaman dengan sistem penanaman  veltikurtur sangat efisien sehingga dapat tercipta lingkungan asri dan indah. kita juga dapat mengasah kreativitas dengan membuat berbagai macam model tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan.












1 Komentar:

Pada 23 Juni 2016 pukul 20.01 , Blogger Unknown mengatakan...

izin copy mas buat laporan tugas akhir.

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda